Indonesian System Dynamics Society

9 Mei 2006

System Dynamics = Metodologi Penelitian ?

Filed under: system dynamics — irf4n @ 3:50 am

Tulisan ini berawal dari banyaknya pertanyaan “apakah benar system dynamics dapat digolongkan sebagai metodologi penelitian“. Pertanyaan ini sering muncul disaat beberapa orang rekan yang akan melakukan penulisan tesis dihadapkan pada suatu pertanyaan yang memang cukup pelik. Disatu sisi mereka dihadapkan oleh kenyataan bahwa selama ini dalam penggunaan metode penelitian bidang ilmu sosial mereka dibatasi oleh semacam “aturan” hanya bisa menggunakan tiga pilihan yakni studi kasus, deskriptif survey dan eksplanatoris survey, sementara untuk eksperimen hanya untuk ilmu eksakta. Sedangkan di sisi lain mereka melihat adanya penggunaan metode lain yang menurut mereka telah keluar dari “aturan” yang telah ditetapkan itu. Untuk menjawab hal ini tentunya kita harus kembali kepada pengertian tentang metodologi penelitian.

Metodologi penelitian pada hakekatnya merupakan operasionalisasi dari epistemologi kearah pelaksanaan penelitian. Epistemologi memberi pemahaman tentang cara/teori menemukan atau menyusun pengetahuan dari idea, materi atau dari kedua-duanya serta merujuk pada penggunaan rasio, intuisi, fenomena atau dengan metode ilmiah­­ (Rusidi, 2004 :3). Sehingga bagaimana menemukan atau menyusun pengetahuan memerlukan kajian atau pemahaman tentang metode-metode. Dalam pengertian ini perlu dibedakan antara metode dan teknik. Secara keilmuan, metode dapat diartikan sebagai cara berpikir, sedangkan teknik diartikan sebagai cara melaksanakan hasil berpikir. Jadi dengan demikian metodologi penelitian itu diartikan sebagai pemahaman metode-metode penelitian dan pemahaman teknik-teknik penelitian.

Makna penelitian secara sederhana ialah bagaimanakah mengetahui sesuatu yang dilakukan melalui cara tertentu dengan prosedur yang sistematis (Garna, 2000:1). Proses sistematis ini tidak lain adalah langkah-langkah metode ilmiah. Jadi pengertian dari metodologi penelitian itu dapat diartikan sebagai pengkajian atau pemahaman tentang cara berpikir dan cara melaksanakan hasil berpikir menurut langkah-langkah ilmiah.

Terhadap cara untuk mengetahui dan memahami sesuatu, Babbie (1992) berpendapat :” … science as a method of inquiry – away of learning and knowing things about the world around us “. Dengan demikian untuk memahami dan mempelajari sesuatu yang terjadi di sekeliling kita akan terdapat banyak cara. Walaupun demikian ilmu tetap memiliki ciri tertentu, yang sesungguhnya ciri tersebut berada dalam berbagai aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Menurut Pierce (dalam Kerlinger, 1973) terdapat empat metode untuk memahami sesuatu (methods of knowing) yaitu : the method of tenacity (wahyu), the method of authority (otoritas), the a priory method (intuisi) dan the method of science (metode ilmiah). Penelitian termasuk ke dalam metode ilmiah, sebagai metode memahami yang paling baik guna memperoleh kebenaran ilmiah.

Lalu bagaimana dengan system dynamics ?, Richardson and Pugh III (1981) mengatakan : ” system dynamics is a methodology for understanding certain kinds of complex problems”. Yang dimaksud dengan metodologi di sini tidak lain adalah ilmu tentang cara menyangkut logika dalam penelitian ilmiah, yakni keseluruhan sistem, metode, peraturan dan hipotesa yang dipakai dalam memahami permasalahan yang kompleks. Metodologi system dynamics itu sendiri sejalan dengan konsep paradigma yang dipopulerkan oleh Thomas Kuhn dalam bukunya berjudul “ The Structure Of Scientific Revolutions “. Paradigma secara umum diartikan sebagai model atau skema. Pemodelan dengan metodologi system dynamics ini makin berkembang pesat sejak diperkenalkan oleh Jay W. Forrester dalam bukunya “ Industrial Dynamics “. Model yang dibuat pada dasarnya merupakan hasil dari suatu upaya untuk membuat tiruan dari dunia nyatanya (Burger, 1966). Untuk mewujudkan hal tersebut, suatu pemodelan haruslah memenuhi (sesuai dengan) metode ilmiah. Saeed (1984) telah melukiskan metode ilmiah ini berdasarkan kepada konsep penyangkalan (refutation) Popper (1969). Metode ini mensyaratkan bahwa suatu model haruslah mempunyai banyak titik kontak (points of contact) dengan kenyataan (reality) dan pembandingan yang berulang kali dengan dunia nyata (real world) melalui titik-titik kontak tersebut. Kemudian barulah model itu dapat dijadikan sebagai suatu dasar untuk memahami dunia nyata dan untuk merancang kebijakan-kebijakan yang dapat mengubah dunia nyata tersebut.

Langkah-langkah yang terdapat dalam proses di atas dilukiskan dalam Gambar 1.

prosdr.jpg

A. System Dynamics Sebagai Strategi Penelitian

Walaupun penerapannya tergolong baru sebagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial khususnya ilmu pemerintahan, namun penggunaan metodologi system dynamics ini sudah menunjukkan peningkatan terutama dikalangan mahasiswa Pascasarjana Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN). Di samping itu, penggunaan metodologi ini pun telah lama dikenal pada Program Pascasarjana Studi Pembangunan Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Indonesia (UI) dan Lembaga Administrasi Negara (LAN-RI).

Secara umum, system dynamics merupakan strategi yang cocok untuk menjawab pertanyaan penelitian ”how” dan ”why”, dimana pertanyaan ini dijawab dengan pendekatan struktural. Secara garis besar pendekatan metodologis yang digunakan dalam suatu karya ilmiah dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu : pendekatan kotak hitam (black box) dan pendekatan struktural. Pendekatan yang pertama didasarkan pada syarat ketersediaan data sehingga jika tidak tersedia maka pendekatan ini pun tidak dapat digunakan. Secara implisit pendekatan kotak hitam mengkaji suatu fenomena menurut cara berpikir satu arah (sebab terhadap akibat). Walaupun banyak digunakan, pendekatan ini memiliki kelemahan yang mendasar yaitu tidak mampu menjawab pertanyaan ‘’mengapa‘’ suatu fenomena terjadi dan ‘’bagaimana’’ perilaku fenomena tersebut. Emil Salim dalam Koran kompas tanggal 12 Januari 1998 mengatakan bahwa :

“ Pendekatan statistik dan medis untuk melihat aspek kelahiran, kematian, migrasi, urbanisasi, dan pekerjaan dalam masalah kependudukan, sudah sepatutnya tidak dianut lagi. Karena semua itu tak mampu menjelaskan permasalahan yang akan muncul, tak bisa menemukan upaya pemecahan yang tepat, dan mengabaikan sifat dinamis dari manusia, maupun masyarakat. Pernyataan bahwa tingkat urbanisasi tahun 1980 mencapai angka 22 persen, artinya 22 orang dari 100 berdiam di perkotaan, dan akan mencapai 33 persen pada tahun 2000, dinilai tidak cukup kalau tidak diikuti dengan penjelasan mengapa dan bagaimana bisa mencapai angka itu, serta akibat apa yang akan muncul. Begitu pula… “ (Kompas, 12 Januari 1998).

Sedangkan pendekatan kedua yaitu pendekatan struktural, fokus studi penelitian tidak pada data melainkan pada struktur fenomena dan perilakunya. Pendekatan ini didasarkan pada paradigma system thinking.

Dalam pendekatan system thinking dikenal adanya suatu paradigma yang menyatakan bahwa suatu perubahan (perilaku atau dinamika) dimunculkan oleh suatu struktur (unsur-unsur pembentuk yang saling-bergantung, interdependent). Untuk fenomena sosial strukturnya akan terdiri atas struktur fisik dan struktur pembuatan keputusan (oleh aktor-aktor dalam sistem) yang saling berinteraksi. Struktur fisik dibentuk oleh akumulasi (stok) dan jaringan aliran orang, barang, energi, dan bahan. Sedangkan struktur pembuatan keputusan dibentuk oleh akumulasi dan jaringan aliran informasi yang digunakan oleh aktor-aktor (manusia) dalam sistem yang menggambarkan kaidah-kaidah proses pembuatan keputusannya.

 

8 Mei 2006

Ada apa dengan RPJM?

Filed under: system dynamics — irf4n @ 5:35 am

Subject: [sysdyn] RPJM 2004-2009 From: "DINA ASNAWI" Date: Tue, May 17, 2005 10:47 am To: sysdyn@yahoogroups.com Cc: dinafireza@yahoo.com

Dear rekans,

Saya ingin sedikit beropini perihal buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2004-2009, suatu "buku resep" kabinet SBY-Kalla untuk 5 tahun kedepan.

Saya pelajari program per program yang tersaji dalam buku itu. Kesimpulan sementara yang saya peroleh, bahwa belum terdapatnya inter-relasi antar program tersebut, sehingga nuansa 'ego' sektoral masih terasa. Jadi, secara hipotetik, belum adanya pemikiran dalam perspektif kesisteman atas upaya penemuan solusi dari persoalan bangsa.Namun demikian, buku ini perlu juga diapresiasi atas semangat pelibatan masyarakat secara luas dalam proses pembangunan.

Belum terdapatnya inter-relasi dalam program-program yang disampaikan tersebut, apalagi ditambah dengan sulitnya menjalin koordinasi, dikhawatirkan terjadi 'redundancy' aksi-aksi Pemerintah dalam rumusan kebijakan publiknya.

Bila kita kembali merujuk pendapat Mochtar Lubis dalam bukunya yang sangat terkenal berjudul "The Indonesian Dilemma", disebutkan bahwa salah satu watak bangsa Indonesia adalah memiliki ingatan yang pendek dan kurang menyukai berpikir lateral. Mudah-mudahan dengan adanya perbaikan gizi dan mutu pendidikan, generasi yang berwatak seperti ini udah mulai berkurang..

Dr. Edward Bono menyebutkan, lateral thinking is concerned with 'possibilities' or what 'might be' as against the normal logic which is concerned with 'truth' and 'what is'. Jadi, semacam thinking for creativity.

Formulasi kebijakan publik yang menggunakan berpikir sistem sebagai paradigma, bukan sebagai 'tools', agar rumusan kebijakan publik yang dihasilkan tepat, salah satu prakondisinya adalah kemampuan 'lateral thinking'.

System thinking dalam prosesnya merupakan kombinasi antara persepsi dan logika yang sudah menjadi hukum alam senantiasa mengandung 'feedback' dan secara kreatif berpikir adanya 'possibilities' atas suatu hubungan sebab-akibat.

Terlepas dari persoalan pikir-memikir, proses formulasi kebijakan publik di Indonesia pun masih menyimpan persoalan tersendiri..

Mungkin salah satu sebabnya adalah manajemen publik kita pun masih perlu tindakan pembenahan..

Salam,
Dina Nurul Fitria
Sedang 'learning' untuk mampu berpikir lateral.

Subject: Re: [sysdyn] RPJM 2004-2009 From: drhk@indo.net.id Date: Tue, May 17, 2005 3:55 pm To: sysdyn@yahoogroups.com

Dear rekans juga,

Rasanya senang sekali membaca pakar pakar kesisteman pada berceritera tentang dunia sistem dan seluk beluk praktik sistem di Negeri Kita yang tidak mengenal sistem ini. Senang karena saya merasa kembali ke alam dulu, itu dulu ketika belajar Sistem Science di Michigan State University 12 tahun yang lalu. Ya waktu itu pulang dengan bangga mengantungi ijasah S3 dalam Agricultural Technology and System Management. Eh pulang di negeri sendiri kok rasanya menjadi orang asing yang seperti tukang obat. TETUKO. Sing teko ora Tuku, Sing Tuku ora Teko- teko.

Sekarang buaaaaanyak sekali min temin yang bicara kesisteman. Aku jadi pengin juga omong. Bicara bagaimana dulu berdiskus masalah CHAOS DALAM PERSEPSI MODELING, DAN STABILITY DALAM PEMAHAMAN SUATU MODEL SISTEM. uASYIIIIK TENAN. Tapi, ternyata perjalanan ternyata tidak dekat. masih jauh. Contoh, Ibu ini bicara tentang RPJM pemerintah SBY yang bagus tapi kok gak ada kaitan satu program dengan program yang lain dilihat dari sisi Kesisteman. Ya memang iya, karena kita atau ibu melihat dari kaca mata sistem, sistem sistem, input, output, komponen, linkages, desirable undesirable output, sistem parameter, design parameter etc. Betul bu, gak salah. Maaf ya. Kita memang belajar sistem. Kita hidup di suatu masyarakat ( umumnya), yang tidak mengenal sistem, dan kesisteman. Mengenal yang lain, tapi bisa kita terjemahkan lagi, atau kita urai lagi dalam pemahaman sistem. Komentar saya itu saja.

Go ahead with SYSTEM. WE ARE PART OF THE SYSTEM.

HANDAKA

Subject: RE: [sysdyn] buku RJPM From: "DINA ASNAWI" Date: Thu, May 19, 2005 1:41 pm To: sysdyn@yahoogroups.com

Ass.Wr.Wb,
Terimakasih atas respon dari Bp Dr Handaka atas opini saya.

Saya menelaah RJPM Kabinet SBY-Kalla, adalah inisiatif sendiri, tidak terkait dengan pekerjaan riset yang sedang saya lakukan.

Buku RJPM kebetulan saya dapatkan dari ayah saya, pada saat beliau tergabung bersama Tim Penanggulangan Bencana Aceh, mendapatkan buku tersebut dari seorang stafnya Bapak Wapres Jusuf Kalla. Saya yakin, di toko buku telah tersedia.

Untuk Pak Tomy, kebetulan sekali saya dan tim sedang mengerjakan riset yang terkait dengan sektor pertanian tentang aspek institusinya dalam kerangka Sistem Inovasi Pertanian.

Pada tahun pertama (2004), kami menggunakan konsep NETWORK THEORY untuk menelusuri aktor yang memiliki fungsi dan peran dalam sistem inovasi pertanian. Pada tahun kedua (2005), kami menggunakan metodologi SYSTEM DYNAMICS untuk mendapatkan struktur persoalan insentif berkenaan dengan inovasi teknologi dan diseminasi penelitian.

Pak Tomy dan teman-teman milis yang punya interest yang sama dengan riset ini, mungkin kita bisa share informasi dan pengalaman tentang seluk-beluk sistem pertanian ya…Sebagaimana tujuan dari milis ini ya Pak Teten untuk saling berbagi informasi kan..:)

Seandainya dalam RJPM 2004-2009 menjadikan peningkatan produktivitas "sistem pertanian", bukan "sektor pertanian" lho.. Saya optimis persoalan bangsa terutama terkait dengan kemiskinan dan pengangguran, secara bertahap dapat diatasi.

==dina==

Subject: RE: [sysdyn] buku RJPM From: tomyp@cbn.net.id Date: Thu, May 19, 2005 4:49 pm To: sysdyn@yahoogroups.com

Ass.Wr.Wb. Terima kasih atas respon dari Ibu Dina, Kita dapat berbagi pengetahuan tentang riset di sektor pertanian. Saya memiliki bahan-bahan ttg agro-innovation system, apabila Ibu memerlukan insya allah saya akan kirim lwt mailing list sysdyn ini. Saya kira dalam mengembangkan sistem inovasi pertanian, kita perlu membangun Pusat pembelajaran Inovasi Agribisnis (agro-innovation learning center) sebagai wahana untuk membangun agroteknopreneur yang akan mengubah wajah pertanian Indonesia. Saat ini saya jg sdg belajar menggunakan metodologi system dynamics dalam penelitian disertasi ttg rancangbangun manajemen rantai pasokan (supply chain management) agroindustri hilir teh, salah satu pembimbingnya Pak Tasrif, apabila teman-teman di mailing list ini ada yang mempunyai minat yang sama, kita bisa berbagi informasi dan pengetahuan mengenai hal tsb. Saya sependapat dengan ibu Dina, apabila para pengambil kebijakan (pemerintah) dan para pelaku agribisnis berpikir sistem (termasuk akademisi dan penelitinya) maka perekonomian Indonesia akan bangkit.

Wassalam, Tomy

Subject: RE: [sysdyn] RPJM 2004-2009 From: "Akhmad Hidayatno" Date: Fri, May 20, 2005 9:23 am To: sysdyn@yahoogroups.com

Bapak,
Di website bappenas sudah lengkap terdapat RPJMN termasuk versi-versi lamanya

silahkan ke
http://www.bappenas.go.id/index.php?module=ContentExpress&func=viewcat&ceid=-2&catid=6&bid=32&cid=15

atau untuk PP 7/2005 tentang RPJMN yang telah disahkan oleh Presiden

http://www.bappenas.go.id/index.php?module=ContentExpress&func=display&ceid=2050

System Dynamics for Beginers !

Filed under: system dynamics — irf4n @ 2:57 am

Artikel ini di copy dari milis system dynamics (sysdyn@yahoogroups.com)

Subject : [sysdyn] for beginers : mengapa harus berpikir sistem From : "Teten W. Avianto" Date : Wed, May 11, 2005 2:31 pm
Rekan-rekan,

Ini obrolan imajiner antara saya dan beberapa penulis buku system dynamics.
Maksudnya yah… for beginer..gitu loh

Teten : Mas, kenapa kita harus berpikir sistem ?

Dennis Sherwood : Berpikir sistem itu untuk menghindari "twin danger of silo mentality".

Teten : Binatang apakah itu, Mas ?

Dennis Sherwood : Yaitu suatu keputusan penyelesaian masalah di suatu tempat, tapi
mengakibatkan masalah baru di tempat lain. Atau menyelesaikan masalah sekarang ini
tapi mengakibatkan masalah baru yang lebih besar di kemudian hari.

Teten : Ooooo…….. gitchu….

Reff.
Dennis Sherwood, Seeing The Forest for The Trees a Manager's Guide to Applying
Systems Thinking, Nicholas Bealey Pub., London, 2002.

Terima kasih buat : Bu Jaziar dan Bu Dina atas sumbangan bukunya untuk SP-ITB. Pak Adil buat beasiswanya.

Wassalam,
Teten Avianto

Makasih Mas Teten.
Saya ada pendapat lain bukankah setiap penyelesaian atau apapun keputusan yang kita ambil akan mempunyai impact terhadap kitanya dan sekelilingnya, terkait dengan siklus dimana kita berada? Hanya saja ada yang berimbas positif atau negatif Yang dikatakan Pak Suryo Adi ini betul dan saya setuju. Segala bentuk tindakan kita akan selalu diiringi dengan dampak baik positif maupun negatif. Hanya saja kalo sebelum melakukan tindakan tersebut, kita menggunakan pendekatan sistem dan dilakukan dengan sistematis, diaharapkan dampak negatifnya akan minimum bahkan bisa tidak siknifikan. Hehe…. Bagus juragan Teten… Apa sudah ikut jadi wangi karena pandan?.

Tulisan anda mentrigger saya ingin merespond. Begini… Kebetulan saya baru saja mempersiapkan presentasi sebagai dasar atau landasan berfikir untuk mengkaji kembali organisasi IPB. Pendeknya bagaimana menjadikan organisasi IPB bisa mengantarkan IPB menjadi organisasi yang innovative. Cita-citanya begicuh… Dimana istilah "silo" kental betul untuk masalah-masalah manajemen. Di kebanyakan kasus manajemen industri pangan yang saya ajarkan, sebagian besar manager di Industri pangan (sebenarnya di industri yg lain juga "kayaknya" sama, mereka dibesarkan dalam "silo" mereka mulai dari kariernya di level manager paling bawah, sampai menjadi senior manager. Secara TIDAK SADAR, proses seperti yang "lumrah" ada itu, telah menjadikan repotnya membentuk "top team" di organisasinya. Tantangan organisasi kedepan, baik industri maupun perguruan tinggi, menurut keyakinan saya arahnya adalah menuju model organisasi yang innovative. Dan cara berfikir sistem menjadi sangat mutlah diperlukan.

Mengapa? Hampir di seluruh lini model organisasi yang "responsif", bisa survive terhadap proses persaingan yg "keras" dan "ketat" dengan organisasi pesaingnya membutuhkan basis berfikir sistem yang kokoh. Begitu kita berbicara sistem, maka pemikiran-pemikiran integratif akan tersusun dengan sendirinya. Cara pandang kita menjadi "TIDAK PARSIAL". Pada mulanya memang sulit, tetapi ketika kita terbiasa dengan proses-proses optimasi, baik optimasi waktu, sumberdaya, maupun lainnya untuk mendapatkan "proses" yang efektif dan efisien, sehingga organisasi kita "produktif". Lama-lama "gapah" juga (kate orang betawi tuch….).

Di masa depan, kebutuhan kualitas "leader" tidak cukup sekedar menjadi pemimpin yang biasa saja, tidak cukup juga menjadi pemimpin yang operasional, bahkan belakangan menjadi pemimpin yang kreatif juga dibantah masih kurang cukup. Di masa depan kita memerlukan atau diperlukan untuk menjadi pemimpin yang strategis…. bahasa Ciamis-na teh, kudu janten "strategic leader". Nah loh… Mana mungkin menjadi strategic leader jika cara berfikirnya tidak berfikir sistem??????

Eh…. udahan doeloe, paur dikira menggurui sama guru kan gak baik ya gak? ya gak? ya gak????? Salam sono membentuk masyarakat Sysdyn Indonesia.
Wabillahit taufiq wal hidayah. Wassalam w.w.
Adil
===============

Akur, setuju banget. Karena kalau gak salah persepsi atau penalaran melalui system dynamics kita sebenarnya melihat secara global (makro), baru kemudian kita melakukan kajian atau pendekatan secara spesifik (mikro) sehingga apa yang kita tetapkan atau pilih tidak memberikan hasil negatif point tapi justru memberikan suatu dampak yang signifikan. Artinya segala pengorbanan yang terjadi sisi positifnya > dari pada sisi negatifnya. Ampun mohon maaf, beri dong ilmunya biar gak kepleset.

Blog di WordPress.com.